Memangnya ke Korea Selatan perlu sertifikat diagnosa TB?
Ya dikutip dari laman resmi KVAC (Korea Visa Application Center), setiap warga negara dari negara dengan resiko tinggi TB harus melampirkan sertifikat diagnosa TB dari rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Kedutaan Besar Korea Selatan.
Berdasarkan WHO, Indonesia termasuk kedalam 35 negara yang memiliki resiko tinggi TB. Oleh karena itu kamu memerlukan sertifikat diagnosis TB untuk pergi ke Korea dengan tujuan:
- permohonan aplikasi visa yang dapat tinggal jangka panjang lebih dari 91 hari di Korea;
- jika ingin masuk untuk merawat orang asing pasien penderita TB yang sedang tinggal di Korea;
- jika sebagai pekerja musiman.
Nah kalau kamu hanya pergi untuk tujuan wisata tentu tidak perlu. Karena aku akan membuat visa F3 (pendamping), jadi harus melampirkan sertifikat diagnosa TB.
Apakah anak-anak juga harus menjalani tes TB?
Anak dengan umur dibawah 6 tahun serta ibu hamil termasuk kedalam pengecualian. Bagi anak-anak bisa diganti dengan pemeriksaan fisik dari rumah sakit rujukan.
Sedangkan bagi ibu hamil bisa diganti dengan dokumen diagnosa kehamilan yang tercantum nama dokter, nomor izin praktek, tanda tangan dokter dan cap stempel dari rumah sakit.
Meskipun demikian, bagi anak maupun ibu hamil harus tetap melampirkan formulir bebas TB yang diunduh dari laman kedutaan besar dengan diberi keterangan tidak dapat melakukan pemeriksaan TB karena alasan anak dibawah umur dan ibu hamil.
Persiapan Tes Diagnosa TB
Seperti yang sudah aku bahas diatas, bahwasanya sertifikat diagnosa TB harus dikeluarkan dari rumah sakit yang telah ditunjuk oleh kedutaan besar Korea Selatan. Terdapat 114 rumah sakit rujukan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kamu bisa mengunduh data rumah sakitnya pada laman resmi KVAC.
Kamu bisa memilih rumah sakit terdekat dari ke 114 rumah sakit tersebut. Tak perlu khawatir meskipun jauh dari KVAC karena masa berlaku sertifikat diagnosa TB adalah tiga bulan sejak diterbitkan.
Karena saat ini aku sedang berdomisili di Bandung, jadi aku bisa memilih antara RSU. Hasan Sadikin dan RS. Santo Borromeus.
Sebelum datang langsung ke rumah sakit, aku mencoba menghubungi kedua rumah sakit tersebut melalui telepon dari beberapa minggu sebelumnya. Berikut poin penting yang harus ditanyakan sebelum datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan TB:
- Jadwal tes TB
- Prosedur tes TB
- Biaya sertifikat diagnosa TB
Aku memutuskan untuk tes di RS. Santo Borromeus dengan pertimbangan harga yang lebih murah dan hasil tesnya yang bisa selesai hari itu juga.
Perlu kamu perhatikan apakah RS tersebut harus melalui reservasi atau bisa langsung datang. Nah kebetulan di RS. Santo Boreomeous ini kita tidak perlu reservasi dulu asalkan datang sebelum jam 8.00 pagi sudah berada di bahagianya Medical Check Up rumah sakit.
Hal yang penting lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan tes TB adalah menyiapkan form TB yang bisa di unduh pada laman resmi KVAC serta pas foto terbaru berukuran 3.5×4.5 cm.
Proses Pembuatan Sertifikat TB di MCU RS Santo Borromeus
Sesuai yang di infokan call center di telpon, aku sudah berada di depan loket MCU RS. Santo Borromeus sebelum pukul 08.00 WIB.
Sempat khawatir kelewat karena anak pertamaku ngamuk dulu gak mau ikut. Padahal kan dia juga harus ikut serangkaian tes kesehatan fisik.
Pas masuk aku langsung bilang resepsionis nya kalau tujuan kedatangan kita untuk diagnosa TB sebagai persyaratan visa F3 ke Korea Selatan.
Mereka langsung faham, dan minta identitas kita. Anak anak aku pakai paspor sementara aku ditambah dengan KTP.
Baca juga:
5 Cara Membuat Paspor Online
Syarat Membuat Paspor Anak
1. Pengambilan Foto Rontgen
Setelah selesai input data, pelayan yang memakai seragam putih yang sepertinya adalah seorang perawat memanggil kita bertiga untuk foto rontgen. Sebelumnya, kita diberi gelang kertas pink untuk perempuan dan biru untuk laki-laki.
Kita diantar sampai ke depan ruang rontgen dan disuruh menunggu. Ketika giliran kita tiba kita akan dipanggil oleh petugas pengambil foto rontgen. Ruang tunggunya sangat nyaman. Semua kursi tunggunya sofa yang empuk, bukan kursi besi yang keras kalo di duduki.
Pertama yang dipanggil adalah aku sendiri. Prosedurnya kita harus memakan baju yang telah disediakan oleh rumah sakit. Kita dipersilakan melepas semua yang kita pakai khususnya logam jika kita memakai kalung diganti dengan baju yang sudah dipersiapkan. Oh ya bagi yang berjilbab kita dipersilakan menggunakan jilbab karena yang di rontgen hanya bagian dada.
Pengambilan fotonya sangat singkat, yang lama adalah giliran anak-anak. Kebetulan kedua anak ku memang tidak suka dilepas bajunya. Mereka selalu menangis ketika ganti pakaian. Beruntungnya, petugasnya mau dan bisa mengarahkan anak-anak khususnya anak pertama ku yang luar biasa rewel. Aku sangat berterimakasih sekali karena sudah bekerja sama dengan baik dan tidak membuat Mamanya panik.
2. Pemeriksaan Kesehatan Oleh Dokter
Selanjutnya adalah pemeriksaan oleh dokter. Kita menunggu kembali di ruang tunggu depan loket MCU. Pada tahap ini, kita menunggu dokternya kosong dari jadwal. Jadi seluruh dokter di klinik RS. Santo Borromeus ini hanya melayani pasien rawat jalan yang sudah memiliki janji temu dokter dari jauh hari.
Selama kita menunggu di ruang tunggu itu ada beberapa orang yang ditolak karena tidak memiliki janji temu.
Tak lama kemudian waktunya kita pemeriksaan dokter. Kita bertiga langsung masuk secara bersamaan. Alhamdulillah prosesnya cepat dan dokternya ramah sekali saat berhadapan dengan anak-anak.
3. Menunggu Hasil Rontgen
Semua proses sudah selesai tinggal menunggu hasil rontgen keluar. Kita dipersilahkan menunggu ataupun diambil nanti siang. Karena kita datang dari jauh jadi kita memilih menunggu sekitar satu jam untuk hasilnya selesai.
Selama menunggu, anak-anak mulai bosan sehingga aku membiarkan anak bayi untuk merangkak di lantai dan aku juga membeli camilan untuk anak pertama ku yang super aktif ini agar bisa duduk diam.
Dari loket MCU ke ruang rontgen tadi aku melihat ada indomaret dan toko lain di sebelahnya yang menyediakan makanan cepat saji dan berbagai camilan. Sayangnya aku gak bisa foto karena hp ku dipakai anak pertama ku untuk nonton Netflix.
Sementara anak-anak dijaga oleh neneknya, aku melihat lihat ke seluruh ruangan. Di sana terdapat ruang tunggu, VIP Lounge, toilet, dan ruang tinggu klinik executive.
Sesuai namanya, klinik executive, ruang tunggunya memang nyaman di segala penjuru ruangannya terdapat sofa. Ruangannya harum melati, toiletnya bersih. Daripada rumah sakit itu lebih seperti ruang tunggu di hotel bintang lima sih.
Biaya Pembuatan Sertifikat TB
Biaya pembuatan sertifikat diagnosa TB di RS. Santo Borromeus adalah Rp. 352.500 perorang. Karena kami bertiga jadi total Rp.1.057.000. Harga tersebut lebih murah di bandingkan dengan RS. Hasan Sadikin Bandung yang pada saat aku telpon biayanya dikenakan Rp.400.000-500.000.
Lumayan menguras kantong yah ternyata. Sebenarnya bisa lebih hemat kalau untuk anak-anak cukup dengan pemeriksaan fisik oleh dokter yang hanaya akan dibebankan biaya sebesar Rp.100.000 per orang.
Akupun pada awalnya sdah bilang di loket bahwa untuk anak-anak tidak perlu tes TB tapi ntah bagaimana jadinya sehingga kita semua sama-sama melakukan serangkaian tes TB.
Secara keseluruhan, aku merasa beruntung banget memilih RS. Santo Borromeous karena selain harganya yang lebih murah, pelayanannya bagus, tempatnya yang nyaman, juga hasilnya bisa diambil saat itu juga.
Nah sekian pengalaman ku dalam proses pembuatan sertifikat diagnosa TB sebagai syarat pengajuan visa Korea Selatan. untuk proes pengajuan visanya akan aku bahas di lain hari. Terimakasih telah berkunjung, dan silakan bagikan artikel ini kepada teman atau sodara yang membutuhkan informasi terkait sertifikat bebas TB.
3 Comments
baru tau mbak ada aturan sertifikat TB ini, ini termasuk aturan baru kah
soalnya dulu belum ada
Ini dari lama Mbak, hanya saja khusus bagi yang akan tinggal di Korea selama lebih dari 6 bulan. KAsus aku untuk visa F3 tapi bisa juga untuk visa d2 ( Pelajar)