Aktivitas healing untuk ibu kadang sesederhana mandi tanpa di buru-buru, atau makan tanpa gangguan. Dua aktivitas yang terlihat sederhana itu ternyata sangat mewah bagi aku yang dulu baru melahirkan.
Healing sering kali diartikan dengan jalan-jalan ke luar untuk berlibur. Tidak salah sih, hanya saja tidak semua orang bisa memiliki sumberdaya yang cukup untuk melakukan itu. Jika kamu salah satunya tenang saja masih banyak aktifitas yang bisa ibu lakukan bahkan sambil rebahan di rumah dengan tenang.
Bangun lebih pagi. Menyeduh teh atau kopi sebelum membangungkan yang lain, merupakan aktivitas yang biasa saja tapi rasanya seperti sedikit liburan di tengah kesibukan. Inilah kekuatan self-care sederhana—kebutuhan merawat diri tanpa bujet besar, yang sangat berharga untuk menjaga kewarasan dan kebahagiaan ibu.
Berikut aktivitas yang mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja tetapi juga sangat bermanfaat dalam menjaga kewarasan seorang ibu!
1. Journaling: Tulis, Lepaskan, Tenang
Salah satu aktivitas sederhana yang bisa menjadi self-care ampuh bagi ibu adalah menulis jurnal atau journaling. Aktivitas ini tidak memerlukan biaya besar, hanya kertas dan pena atau bahkan aplikasi catatan di ponsel. Namun, dampaknya bagi kesehatan mental sangat nyata.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa journaling berfungsi sebagai sarana healing karena membantu seseorang menyalurkan emosi, menata pikiran, dan mengurangi beban psikologis. Sebuah studi yang dimuat di PubMed (2013) misalnya, menemukan bahwa lansia yang melakukan expressive writing selama 20 menit setiap hari selama tiga hari, memiliki tingkat penyembuhan luka biopsi sebesar 76,2%. Jauh lebih tinggi dibanding kelompok kontrol yang hanya menulis aktivitas harian (42,1%). Artinya, menulis bukan hanya berdampak pada emosi, tetapi juga mempercepat pemulihan fisik.
Hasil serupa terlihat dalam meta-analisis lain yang menyebutkan bahwa journaling mampu menurunkan gejala kecemasan hingga 9%, PTSD 6%, dan depresi 2% (PMC, 2022).
Bahkan, review dari BMC Palliative Care mencatat bahwa rutinitas menulis ekspresif selama 15–20 menit selama 3–4 hari mampu memperbaiki kualitas tidur, fungsi imun, hingga menurunkan rasa nyeri.
Dengan kata lain, journaling bukanlah sekadar hobi, melainkan salah satu bentuk self-care berbasis bukti ilmiah yang terjangkau dan efektif untuk menjaga kesehatan mental ibu.
Bagaimana sih cara jurnaling yang efektif untuk meluapkan emosi yang benar itu? Nah ini akan aku coba jawab di tulisan selanjutnya dengan lebih lengkap ya. Kebetulan sekali aku sempat mengikuti kelas journaling for healing yang diadakan oleh komunitas ku.
2. Jalan Santai: Kilas Balik Pikiran Lewat Langkah
Tidak perlu gym mahal—hanya dengan jalan kaki bisa memberi manfaat luar biasa untuk kesehatan mental. Aku biasanya sesederhana jalan kaki ke warung untuk beli sayur. Sendirian, sambil liatin sunrise di pagi hari, dan menghirup udara pagi yang masih basah. Segar sekali rasanya.
Sebuah artikel yang dimuat di WebMD menjelaskan bahwa berjalan bisa menurunkan stres, meningkatkan mood, dan bangkitkan energi dengan memicu hormon seperti serotonin dan endorfin.
Bahkan, studi dalam JAMA Network Open (2024) menunjukkan bahwa berjalan 5.000–7.000 langkah sehari diasosiasikan dengan penurunan signifikan risiko depresi. Beberapa pakar pun menyebutkan bahwa lebih dari 7.000 langkah sehari bisa menekan risiko kematian dini hingga 50%.
Wow! Langkah yang mudah bukan? Keluar rumah, bisa sambil mengajak anak atau hewan peliharaan, bisa juga sambil mendengarkan musik atau podcast favorit. Bagiku kadang jalan kaki di pagi hari jadi sesi curhat bareng suami.
3. Baca Buku
Well, tidak semua orang suka baca buku. Tapi secara tidak sadar kita sering melakukannya. Baca postingan sosial media misalnya! Baca webtoon? Atau bahkan baca buku cerita anak sebelum tidur.
Membaca adalah salah satu aktivitas yang mudah dikerjakan di sela waktu yang sedikit. Aku biasanya membaca novel atau webtoon sambil menyusui membuat ku teralihkan dari rasa sakit saat menyusui.
Aktivitas membaca bisa jadi cara healing tanpa perlu biaya besar. Sekarang bisa baca buku online atau e-reader di genggaman. Aplikasi Pusnas misalnya.
Penelitian dari University of Sussex bahkan menunjukkan bahwa membaca dapat menurunkan stres hingga 68%, lebih efektif dibanding mendengarkan musik atau berjalan kaki singkat. Sedangkan menurut Healthline, membaca hanya enam menit saja mampu menurunkan denyut jantung dan ketegangan otot, serta membantu mengalihkan pikiran dari kekhawatiran harian.
Manfaat membaca tidak hanya soal meredam stres. Membaca secara rutin juga meningkatkan empati dan kecerdasan emosional, terutama saat membaca fiksi—karena membantu pembaca merasakan perspektif dan emosi karakter lain.
3. Menonton Tayangan Favorit
Pecinta Drama Korea mana suaranya!!!!! Sudah jadi senjata umum bagi para ibu yang menggunakan waktu me timenya dengan menonton drama atau film kesukaannya. Ternyata Ibu memang perlu loh!
Menonton film atau drama favorit ternyata bukan sekadar hiburan ia bisa menjadi healing session pribadi untuk melepas lelah batin. Sebuah artikel dari Psychology Today menyebut bahwa menonton film favorit—apalagi yang sudah begitu dikenal—dapat memicu pelepasan dopamin karena antisipasi adegan yang familiar.
Rutinitas ini menciptakan rasa aman, nostalgia, dan kedekatan emosional dengan karakter media (parasocial connection), yang mampu menurunkan tingkat stres dan memberikan kenyamanan psikologis.
So, tidak apa apa sekali jika kamu suka nonton ya Bu! Selama tidak menonton drama langsung 12 episode sampai begadang. Bukannya healing malah bikin lelah untuk beraktivitas keesokan harinya.
4. Bercocok Tanam
Bercermin pada ibu ku, seorang ibu rumah tangga delapan anak yang super sibuk tetapi wajahnya berseri ketika menceritakan tanamannya. Padahal ayah ku seorang petani yang mana kebutuhan pangan sudah pasti melimpah dari kebun. Kata Ibu, hanya itulah hiburan bagi dia di sela kesibukannya berjualan dan mengajar anak-anak.
Bercocok tanam di halaman rumah meliputi aktivitas menyiram tanaman, mencabut rumput liar, menanam sayur, atau sekadar merawat bunga ternyata bukan hanya urusan estetika. Meta-analisis dari PubMed menunjukkan bahwa aktivitas berkebun memiliki efek positif signifikan terhadap kesejahteraan mental dan kualitas hidup.
Harvard Health Publishing menambahkan perspektif menarik: berkebun memaksa kita hadir seutuhnya dalam momen—memotong daun, merasakan tekstur tanah, dan menyirami tanaman—yang menghadirkan suasana tenang dan jeda positif dari stres kehidupan sehari-hari. Proses ini juga merangsang pertumbuhan sel otak (brain-derived neurotrophic factors), terutama setelah sesi berkebun selama 20 menit.
Lebih dekat lagi ke dunia nyata ibu, sebuah studi oleh University of Florida (PLOS One, 2022) mencatat bahwa wanita yang belum pernah berkebun sebelumnya yang mengikuti kelas berkebun dua kali seminggu selama beberapa minggu melaporkan penurunan stres, kecemasan, dan gejala depresi.
Ada yang punya kebiasaan healing yang sama dengan ibu ku? Boleh sharing di comment ya!
Healing tak harus mahal ko!
Pada akhirnya, merawat diri tidak selalu berarti pergi ke spa mewah, liburan ke luar negeri, atau menghabiskan biaya besar. Healing justru bisa hadir dari hal-hal sederhana yang sering kita abaikan seperti menulis jurnal, membaca buku, menonton drama favorit, atau sekadar bercocok tanam di halaman rumah.
Aktivitas-aktivitas ini murah, bahkan ada yang nyaris tanpa biaya, namun terbukti secara ilmiah mampu menurunkan stres, meningkatkan kepuasan hidup, serta menjaga kesehatan mental ibu.
Self-care bukanlah soal kemewahan, melainkan soal konsistensi dan kesadaran untuk memberi ruang bagi diri sendiri. Ketika ibu mampu menjaga kewarasan dan kebahagiaannya melalui langkah sederhana, efek positifnya akan mengalir ke seluruh keluarga.
Dengan begitu, healing tidak lagi dipandang sebagai gaya hidup mahal, melainkan kebutuhan dasar yang bisa diraih siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.