Ibu Bahagia, Keluarga Bahagia!

ibu bahagia

Keluarga bahagia adalah tujuan keluarga paling mendasar. Siapa sih yang gak mau keluarganya aman, nyaman dan sejahtera?

Ketika kita membicarakan kebahagiaan keluarga, sering kali yang pertama terlintas adalah kondisi finansial yang secure, pendidikan yang terbaik untuk anak, atau stabilitas dalam rumah tangga. Namun faktor yang satu ini kerap diabaikan: yup, kesehatan mental seorang ibu. Padahal, ibu adalah pusat gravitasi dalam keluarga loh! Jika mental seorang ibu terguncang, keseimbangan seluruh anggota keluarga ikut terganggu.

Tulisan aku kali ini akan membahas pentingnya menjadi ibu yang bahagia agar seluruh aktivitas dalam rumah tangga berjalan semestinya.

Mengapa Kesehatan Mental Ibu Itu Penting?

kesehatan mental ibu

Ada satu quote yang disampaikan oleh ustadzah saat aku mengikuti pengajian rutin untuk orang tua di sekolah anak ku. Beliau berkata: ”senyumnya seorang ibu di pagi hari menentukan keadaan rumah satu hari tersebut”. 

Sepower itu mood seorang ibu di pagi hari dalam memulai harinya. Ada yang relate? Boleh  berbagi ceritamu di kolom komentar yaa!

Peran seorang ibu memerlukan emosi positif yang kita kenal dengan cinta kasih dalam menjalankan tugas kesehariannya. Namun semua itu juga di barengi dengan tekanan. Tugas domestik, pengasuhan, ekspektasi sosial, hingga beban ekonomi sering bertumpuk pada pundak ibu. 

Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 6,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki. Bahkan menurut laporan WHO (2022), perempuan memiliki risiko depresi hampir dua kali lipat dibanding laki-laki, terutama pada fase pasca melahirkan.

Di Indonesia sendiri, kasus postpartum depression (depresi setelah melahirkan) menjadi isu serius. Sebuah penelitian di Surabaya (2020) menemukan bahwa sekitar 22% ibu mengalami gejala depresi pasca melahirkan. Kondisi ini sering tidak terdiagnosis karena masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Akibatnya, banyak ibu yang menanggung beban emosional seorang diri.

Kesehatan mental ibu bukan hanya urusan pribadi, melainkan berimplikasi langsung pada keluarga. Ibu yang stres berkepanjangan rentan mengalami burnout pengasuhan, yang dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan anak dan pasangan. Anak-anak yang tumbuh bersama ibu yang mengalami depresi lebih berisiko menghadapi masalah perilaku, kecemasan, dan kesulitan akademik.

Bukan berarti depresi tidak terjadi pada laki-laki loh ya! Hanya memang data diatas memperlihatkan bahwa stress atau depresi lebih rentang terjadi pada perempuan.

Kasus Nyata di Indonesia

Berikut aku coba tampilkan sedikit kasus yang mencuat di media dalam setahun terakhir menunjukkan betapa seriusnya isu ini. 

Kasus-kasus ini memperlihatkan bahwa tanpa dukungan yang memadai, beban pengasuhan dapat menjadi pemicu serius bagi gangguan kesehatan mental.

Mengapa Perempuan Lebih Rentan?

Pertanyaannya, mengapa perempuan—khususnya ibu—lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental dibanding laki-laki? 

Dari pada menerka-nerka berikut beberapa penjelasan ilmiahnya:

  1. Faktor biologis: Perubahan hormon, terutama pada masa kehamilan, pasca melahirkan, dan menjelang menopause, berpengaruh besar pada kestabilan emosi.
  2. Faktor sosial budaya: Perempuan di Indonesia sering kali masih memikul beban ganda: bekerja di ranah publik sekaligus bertanggung jawab penuh atas rumah tangga.
  3. Faktor psikologis: Norma sosial yang menuntut perempuan untuk selalu “kuat” dan “tabah” membuat mereka enggan mencari pertolongan saat mengalami stres atau depresi.

Dampak Positif Kesehatan Mental Ibu

Sebaliknya, ketika kesehatan mental ibu terjaga, maka akan memberikan dampaknya sangat luas baik bagi anak anak, pasangan bahkann keluarga besar.

Bagi anak yang dirawat oleh ibu yang sehat secara mental akan tumbuh dengan rasa aman, memiliki regulasi emosi lebih baik, dan cenderung memiliki prestasi akademik lebih tinggi.
Sedangkann bagi pasangan, hubungan suami-istri menjadi lebih harmonis karena komunikasi terjalin tanpa dipenuhi konflik emosional.
Bagi keluarga secara keseluruhan maka akan tercipta lingkungan rumah yang suportif, sehat, dan penuh kasih sayang.

Penutup

Ibu, bahagiamu merupakan kebahagian bagi keluarga. Sudah sepatutnya kita mennjaga kesehatan mental sebagai seorang ibu.

Kesehatan mental seorang ibu tak hanya urusan pribadi semata, peran suami dan keluarga besar juga sangat penting. Dukungan sekecil apapun dari pasangan sangat berarti. Bisa dengan  berbagi pekerjaan rumah, memberikan ruang bagi ibu untuk beristirahat, hingga mendengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi, dapat menjadi bentuk nyata dari cinta dan empati.

Ibu yang sehat mental akan lebih mampu merawat anak, membangun hubungan harmonis dengan pasangan, dan menciptakan keluarga yang tangguh.

Seperti pepatah yang sering dikutip, “You can’t pour from an empty cup.” Seorang ibu yang penuh luka dan lelah tidak mungkin bisa memberi kasih sayang terbaik. Maka, mari kita jaga kebahagiaan ibu—karena ibu bahagia berarti keluarga pun bahagia.

Sumber:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38938048/

https://www.verywellmind.com/why-is-depression-more-common-in-women-1067040

https://www.proquest.com/docview/2912746320/E870AD78F9C24A17PQ/2?sourcetype=Scholarly%20Journals

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.