NLR Indonesia adalah sebuah organisasi di Indonesia untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi).
Sesuai dengan visi misinya, NLR banyak melakukan proyek kegiatan dengan langsung terjun ke lapangan bersama masyarakat. Salah satunya adalah proyek SUKA (Suara Untuk Indonesia Bebas dari Kusta).
Proyek SUKA ini adalah sebuah program untuk mengupayakan peningkatan pengetahuan publik tentang penyakit kusta dan konsekuensinya.
Mengenal Kusta dan Bahayanya
Kusta atau lepra adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang menyerang kulit, saraf tepi hingga dapat menyerang organ-organ tubuh lainya (Jurnal Epidemiologi UNAIR).
Penyakit ini mempengaruhi kulit, mata, hidung, dan saraf perifer (saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang).
Gejala awal kusta bermula dari area kulit yang mati rasa atau berubah warna menjadi kemerahan. Seiring waktu, penyakit ini dapat menyebabkan:
- Kerusakan saraf yang bisa mengakibatkan kelemahan otot dan kelumpuhan, biasanya di tangan dan kaki.
- Cedera yang tidak terdeteksi pada anggota tubuh yang kehilangan sensasi. Misalnya, seseorang mungkin tidak merasakan adanya luka pada kaki dan karenanya tidak mencari pengobatan.
- Pembengkakan (infeksi) pada jaringan di bawah kulit (granuloma).
- Kehilangan penglihatan atau bahkan kebutaan.
Ibu Elly Notiva, S.KM, MM, Wakil Ketua Pokja 4, TP PKK Kabupaten Tegal, selaku pembicara dalam acara Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia menyebutkan bahwa: “penyakit kusta ini dapat menyebabkan disabilitas”.
Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari hari tersebut ditimbulkan oleh adanya stigma yang beredar di masyarakat.
Sebagai contoh, bagi penyandang kusta yang masih sekolah biasanya mereka di jauhi oleh teman sebaya sehingga menyulitkan anak tersebut untuk pergi sekolah atau bahkan hanya untuk bermain.
Tingginya angka disabilitas yang disebabkan kusta tersebut dikarenakan oleh keterlambatan dalam penemuan kasus. Biasanya masyarakat akan datang berobat ke pusat kesehatan ketika mereka merasa penyakitnya itu sudah parah. Ketika kusta nya sudah menjalar barulah mereka merasa ‘perlu’ berobat.
Bahkan di kalangan tertentu kusta sudah tidak dianggap sebagai penyakit yang menakutkan. Malah dianggap hal biasa sehingga masyarakat lebih lalai lagi dalam menanganinya.
Padahal kelalaian dalam menangani penyakit kusta akan menimbulkan resiko cacat fisik permanen. Hal inilah cikal bakal masalah utama dari isu yang menyebabkan bahwa kusta adalah penyakit kutukan.
Stigma tersebut menyebabkan penderita merasa malu dan rendah diri karena dikucilkan, bahkan bisa kehilangan produktivitasnya sehingga dapat menurunkan kualitas hidup si penderita.
Roadshow NLR Indonesia bersama PKK dan Babinsa
NLR Indonesia merangkul instansi terkait di masyarakat dalam melaksanakan program kerjanya. Salah satunya bersama PKK dan Babinsa yang disiarkan secara langsung oleh Ruang Publik Kantor Berita Radio (KBR) pada hari Jumat, 14 Juni 2023 kemarin.
Selain Ibu Elly Novita yang mewakili PKK Kabupaten Tegal, ada Bapak Shokib Setiadi mewakili Babinsa yang menjelaskan perannya dalam mengentas Kusta di masyarakat. Para pembicara telah mengikuti acara program SUKA yang diadakan oleh NLR Indonesia di Slawi sebelumnya.
“Kami (Babinsa) sering melakukan kegiatan yang bekerja sama dengan berbagai instansi terkait dalam melakukan pendampingan dan pembinaan. Nah pada saat itu ada komunikasi terbuka.”
Bapak Shokib Setiadi
Komunikasi terbuka berperan penting dalam mengetahui jika ada masyarakat yang terkena kusta sehingga Babinsa bisa menindaklanjuti kasus tersebut.
“PKK sendiri nantinya akan merancang program tersendiri dalam memberantas kusta ini” Ujar Bu Elly.
Bu Elly juga menambahkan bahwa selama ini PKK selalu bekerja sama dengan instansi terkait seperti tokoh agama dan organisasi pemuda dalam mengedukasi warganya untuk bisa mendeteksi dini kusta.
Beliau berharap dengan pendeteksian dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah kerusakan dan komplikasi jangka panjang.
Kusta bukanlah penyakit kutukan yang mengerikan, namun bukan pula penyakit seperti flu yang akan sembuh sendirinya sehingga lalai dalam pengobatan.
Kusta bisa di sembuhkan dan meskipun menular, penularan bisa di cegah dengan terapi multi obat (MDT) yang tersedia gratis di seluruh fasilitas kesehatan.
Tak perlu malu untuk segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat jika memiliki tanda-tanda kusta. Bersama kita berantas kusta untuk Indonesia.