Pengalaman Pertama Nonton di Bioskop Bareng Anak

Pengalaman pertama nonton di bioskop bareng ini ternyata seru dan jauh dari drama. 

Sebelum punya anak, Aku adalah orang yang uptodate soal film di bioskop. Rasanya ada yang kurang aja kalo gak nonton di bioskop. 

Tetapi sensasi nonton di bioskop tersebut harus sirna setelah dikaruniai anak. Perasaan iri saat melihat teman-teman nonton ku yang masih bisa nonton di bioskop itu kadang menyelimuti ku. 

Naasnya kita tinggal di kota yang jauh dari kerabat dan tanpa ART. Menonton berdua di bioskop bersama pasangan sudah tidak ada di daftar keinginan. 

Ketika berkemah di Bedengan, kita bercerita tentang pengalaman kawan kami yang tinggal di Jepang. Terus aku  bilang begini:

“Kalau aku ada kesempatan ke Jepang, Aku ingin pergi ke tempat sekolahnya Totto Chan.”

Kawan ku langsung bilang: “Oh iya! Sekarang lagi tayang yah di bioskop?”

Serius?? 

Aku baru tahu ketika Dia bilang saat itu juga. Sementara Aku adalah penggemar Totto Chan sejak SMA karena bukunya yang berjudul Totto Chan “Gadis Cilik di Jendela”.

Wah pasti seru nonton bareng anak-anak di bioskop. Apalagi, Totto Chan punya cerita yang ringan namun penuh akan makna. 

Cinepolis Malang Town Square

Setelah pulang dari kemah, aku pun langsung mencari jadwal yang cocok untuk bisa menonton di bioskop bareng anak-anak. Rupanya hanya Cinepolis Matos yang menayangkan film tersebut. Itupun jadwalnya hanya satu di siang hari pula. Jam 13.40 filmnya di mulai. Tepat jam tidurnya anak-anak. 

Setelah dilihat jadwalnya tayangnya tinggal dua hari, kami pun memutuskan untuk datang di hari terakhir dengan harapan filmnya sudah sepi penonton. 

Benar saja, sebelum berangkat aku cek di aplikasi hanya ada dua kursi yang sudah di isi. Sehingga kami memutuskan untuk reservasi tiket di lokasi saja. 

Kami sampai di lokasi 90 menit sebelum pemutaran film dimulai. Rupanya tidak sekosong yang kami kira, beberapa spot tengah sudah terisi. Tetapi kami tetap dapat kursi tengah karena sebagian penonton banyak di kursi atas.  

Oh iya ruang cinema di cinepolis ini termasuk kecil, bahkan layarnya juga kecil. Berbeda dengan pengalaman menonton ku di cinema lainya. Film yang diputarnya juga sedikit karena ruang cinema yang terbatas.

Harga tiket nonton Cinepolis Matos ini sebesar 40.000 di hari kerja dan 50.000 di akhir pekan untuk yang reguler. Sedangkan untuk cinema Luxe 55.000 di hari biasa dan 65.000 di akhir pekan. 

Tiket anak sebelum 2 tahun masih free sehingga kami berempat bayar untuk bertiga. Jangan lupa pesan Popcorn!
Entah kenapa aku merasa wajib aja kalo nonton di bioskop ya sambil makan popcorn, padahal sudah tahu harganya sangat mahal.

Isi Perut Sebelum Film di mulai!

Waktu pertunjukan masih lama. Kita sepakat untuk makan siang terlebih dahulu. Harapannya kalau perut terisi, anak-anak kalau bosen mereka bisa tidur dengan lelap. 

Begitu keluar dari Cinepolis, rupanya ada Steak Moen-Moen persis di sebelahnya. Tanpa pikir panjang, kita pun langsung melipir untuk memesan. Sebelumnya kita memang pernah makan di Steak Moen-moen di tempat lain. Rasanya lumayan dan dengan harga yang sangat miring. 

Kali ini di bikin kaget karena harga yang ada di dalam resi jauh lebih murah dari yang ada di bannernya. Kami memesan 2 steak, 1 spaghetti dan 3 minuman seharga satu popcorn di bioskop tadi. 

Ada yang lucu sama Si Sulung. Ketika kita menunggu pesanan datang, sempat sempatnya dia minta di anter ke Toilet untuk Pupup. Kayaknya belum afdol kalau ke tempat umum belum Pupup huhuhu..

Beruntungnya toilet Matos berada tepat di sebelahnya. Toiletnya rapi, bersih, wangi meskipun berbayar 2000. Gak bawa cash? Mereka menyediakan pembayaran Qris di mejanya. 

Setelah kembali ke meja, rupanya makanan kita belum sampai. Padahal seingat ku dulu sebentar deh. Tapi begitu makanan kita datang, pesanan pengunjung lain yang baru pada sampai langsung datang. Mungkin kita datang disaat masih proses penggorengan masal kali ya..

Ada yang aneh dari spaghetti yang kita pesan sebenarnya, tapi karena takut lama jadinya lama untuk protes. Padahal sebelumnya anak ku suka dengan menu itu, sampai dia cuma makan sedikit saja. 

Tangisan Adek Menghidupkan Suasana

Anak-anak terlihat senang sekali. Mereka jadi yang pertama masuk ruangan setelah diperbolehkan masuk. Sambil menunggu, kita sibuk foto bersama, sambil ngemil popcorn.

Penonton terus berdatangan sampai setengah bioskop penuh. Mulai dari remaja, keluarga dengan balita, sampai nenek-kakek pun ada. 

Totto Chan memang film yang cocok ditonton untuk semua umur. Menceritakan revolusi pendidikan di Jepang pada masa Perang Dunia ke II. Melihat Totto Chan ini seperti melihat Si sulung sebenarnya. Tingkahnya kerap kali dianggap aneh bagi orang lain. Namun rupanya dia hanya menjadi dirinya yang seutuhnya. 

Di luar dugaan, anak-anak sangat fokus melihat layar lebar dahkan sejak masih penayangan iklan. Sambil film berjalan, Aku sambil menceritakan kisahnya bisik-bisik sama si Sulung.

Maklum film berbahasa Jepang dan anak anak juga belum bisa membaca subtitle. 

Sedangkan aku sudah tahu jelas alur ceritanya dari buku. Tidak banyak yang berbeda, hanya temponya berjalan cepat. 

Tangis Adek pecah beberapa kali. Pada saat adegan anak ayam mati, saat Totto Chan dan temannya dimarahi bapak-bapak ketika sedang bernyanyi karena kelaparan, serta saat temannya meninggal dan cerita selesai.

Anak ku yang ke 2 ini memang agak melankolis. Padahal dia hanya menonton layar tanpa tahu arti dari bahasanya, tetapi dia nangisnya sampai teriak dan tersedu-sedu sampai cerita selesai. 

Penonton yang lain juga pada nangis sih. Sesekali aku mendengar isak tangisnya. 

Kekhawatiran ku sia-sia. Meskipun ini adalah pengalaman pertama nonton di bioskop bareng anak-anak, ternyata mereka jauh lebih mendalami kisahnya. Bahkan yang tidur pulas justru si Ayah wkwk. Meskipun Adek nangis sampe teriak, tapi kami pastikan tidak mengganggu penonton yang lain. Aku langsung memeluknya ketika dia sudah mulai terlihat akan menangis. 

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.